Pasar Nantikan Sinyal Sejumlah Pejabat The Fed Soal Suku Bunga, Rupiah Melemah Tipis
Tuesday, May 07, 2024       15:57 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah ditutup melemah terbatas sore ini, karena pelaku pasar sedang mewaspadai pernyataan sejumlah pejabat bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve dalam minggu ini, mengenai arah suku bunga acuan ke depan.
Mengutip data Bloomberg pada Selasa (7/5) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup di level Rp16.046 per dolar AS, melemah 20 poin atau 0,13% dibandingkan Senin sore (6/5) di level Rp16.026 per dolar AS.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa indeks dolar AS menguat hari ini. "Fokus pelaku pasar minggu ini adalah menanti komentar dari beberapa pejabat Fed mengenai jalur suku bunga, terutama setelah data nonfarm payrolls yang lebih lemah dari perkiraan membuat para trader sekali lagi mulai memperkirakan penurunan suku bunga oleh bank sentral," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis sore ini.
Namun ekspektasi ini dinilai tidak memberikan banyak dukungan terhadap mata uang Asia hari ini. "Hal ini mengingat The Fed masih diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunganya pada bulan September," ujar Ibrahim.
Gubernur theFed Richmond, Thomas Barkin mengatakan tingkat suku bunga saat ini cukup membatasi untuk mendinginkan perekonomian sehingga membawa inflasi kembali ke target bank sentral sebesar 2%. Kalender ekonomi minggu ini sepi. Sementara sejumlah pejabat the Fed akan menyampaikan pidatonya, termasuk Gubernur Fed Lisa Cook dan Michelle Bowman pada akhir minggu ini.
Selain itu, Pasar sekarang menantikan data lebih lanjut mengenai inflasi Jepang dan pertumbuhan upah untuk mengukur apakah Bank of Japan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini, yang diharapkan dapat memberikan sedikit keringanan terhadap mata uang Jepang.
Peringatan lisan yang berulang kali mengenai intervensi lebih lanjut oleh pejabat pemerintah Jepang juga hanya memberikan sedikit dukungan terhadap yen, dengan para pedagang menganggap USDJPY di level 160 sebagai batasan baru bagi pemerintah.
Di dalam negeri, Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah mencapai Rp8.262,10 triliun per akhir Maret 2024, setara dengan 38,79% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Posisi utang tersebut menurun jika dibandingkan dengan posisi pada Februari 2024 yang tercatat sebesar Rp8.319,2 triliun, setara dengan 39,06% terhadap PDB.
Sedangkan, rasio utang pada Maret 2024 terjaga di bawah batas aman 60% PDB sesuai UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara serta lebih baik dari yang telah ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah tahun 2024-2027 di kisaran 40%. Ini menjadi sentimen positif yang menahan pelemahan kurs rupiah cukup tipis sore ini.
"Jika dirincikan, mayoritas utang pemerintah per akhir Maret 2024 berasal dari dalam negeri dengan proporsi sebesar 71,52%. Hal ini sejalan dengan kebijakan umum pembiayaan utang untuk mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri dan memanfaatkan utang luar negeri sebagai pelengkap," jelas Ibrahim.
Sementara berdasarkan instrumen, komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai 88,05%. Tercatat, per akhir Maret 2024, lembaga keuangan memegang sekitar 43,4% kepemilikan SBN domestik, terdiri dari perbankan 24,8% dan perusahaan asuransi dan dana pensiun sebesar 18,6%.
Sementara itu, kepemilikan SBN domestik oleh Bank Indonesia (BI) adalah sebesar 21,3% yang antara lain digunakan sebagai instrumen pengelolaan moneter. Di sisi lain, Kemenkeu mencatat, asing hanya memiliki SBN domestik sekitar 14,2%, termasuk kepemilikan oleh pemerintah dan bank sentral asing.(Adhitya)

Sumber : admin